Langsung ke konten utama

Brecourt Manor, Aksi Pertama Kompi E, Divisi Lintas Udara Amerika Serikat ke-101, Resimen 506


Pada pagi hari 6 Juni 1944 invasi Tentara Sekutu terhadap Tentara Nazi Jerman di Pantai Barat Eropa dimulai, tepatnya di Pantai Normandia, Perancis. Pasukan terjun payung dari Divisi Lintas Udara ke-101 Amerika telah terlebih dahulu diterjunkan pada dini hari. Divisi Lintas Udara ke-101 bersama Divisi Lintas Udara ke-82 Amerika memiliki misi untuk masuk jauh ke pertahanan musuh dan mengalihkan perhatian pasukan Jerman yang berposisi di pantai khususnya Pantai Utah (Pantai Utah merupakan salah satu kode yang diberikan Tentara Sekutu dari 5 lokasi pendaratan amfibi pada invasi Normandia), sehingga pasukan invasi Sekutu dari pantai dapat menerobos pada pagi harinya. Namun pada saat dini hari itu, saat operasi penerjunan tersebut berlangsung, banyak dari kedua pasukan baik dari Divisi 101 dan 82 salah mendarat dari Drop Zone (DZ - Zona Pendaratan) yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini diakibatkan tembakan sporadis yang dilakukan oleh artileri Jerman yang menembaki pesawat mereka, sehingga memaksa mereka untuk terjun lebih cepat dari rencana sebelumnya.

Gambar 1. Pasukan dari Divisi 101, sebelum penerjunan di Normandia. Mereka dibawa oleh Pesawat C-47

Gambar 2. Jenderal Eisenhower menulis surat kepada setiap pasukan invasi, Divisi 101 juga mendapatkannya sesaat sebelum lepas landas ke Normandia
Gambar 3. Beberapa orang dari Resimen 506, Divisi 101. Berada di dalam pesawat C-47 yang akan membawa mereka ke Normandia
Brecourt Manor
Brecourt Manor (merupakan sebuah rumah pertanian Perancis yang cukup besar), berlokasi tiga mil jauhnya dari Barat Laut Pantai Utah, ditempati pasukan Jerman yang terdiri dari empat buah meriam berukuran 105 mm yang berasal dari kesatuan Resimen Artileri ke-90 Jerman. Namun telah ditinggali awaknya pada dini hari saat operasi terjun payung Tentara Sekutu dari Divisi Lintas Udara Amerika ke-101 dan 82 dimulai. Pada pagi harinya Oberstleutnant Frederich von der Heydte dari Resimen Parasut ke-6 Jerman menemukan meriam-meriam ini tidak diawaki, sehingga ia memerintahkan Batalion pertamanya untuk mencari orang agar dapat mengawaki meriam-meriam tersebut.

Gambar 4. Brecourt Manor 2010
Gugurnya Komandan Kompi E
Pagi itu, setelah kekacauan penerjunan yang terjadi pada dini hari, pasukan Kompi E (Easy) dari Divisi Lintas Udara Amerika ke-101, Resimen Parasut Infanteri ke-506, Batalion ke-2 kehilangan komandan kompinya yaitu Letnan Satu Thomas Meehan III akibat pesawatnya yang ditembak jatuh. Hal ini membuat perwira eksekutif kompi tersebut, Letnan Satu Richard Winters menjadi komandan kompi baru. Pada pagi hari itu Letnan Satu Winters mencoba untuk mengumpulkan pasukannya yang sudah tersebar akibat salah mendarat, dan kemudian menemukan markas besar Resimen.

Gambar 5. Thomas Meehan III
Gambar 6. Richard Winters
Penyerangan Brecourt Manor
Saat sedang beristirahat di Le Grand-Chemin, Letnan Winters kedatangan S-1 Batalion (bagian manpower atau personnel) Letnan George Lavenson, ia mengatakan bahwa Batalion menginginkan Winters berada di front depan. Kapten Hester, S-3 (bagian operations) dan Letnan Nixon, S-2 Batalion (bagian intelligence) kemudian bertemu dengan Winters dan mengatakan bahwa mereka menemukan posisi pasukan Jerman yang terdiri dari empat buah meriam berkaliber 105 mm, di sebuah lapangan terbuka dan berhadapan dengan sebuah rumah pertanian Perancis yang besar bernama Brecourt Manor. Pasukan intel tidak dapat melihat jelas meriam itu karena tersembunyi di dalam pagar tanaman. Pasukan Meriam Jerman tersebut terlindungi melalui sebuah sistem parit yang meluas dan terhubung antar meriam satu dengan meriam yang lainnya. Terdapat sebuah peleton infantri yang terdiri dari sekitar 50 tentara yang mempertahankan posisi meriam-meriam tersebut. Para awak meriam - meriam tersebut baru saja menembaki meriam-meriamnya ke arah Pantai Utah di mana pasukan amfibi Amerika menyerang melalui pantai, kira-kira lima atau enam kilometer ke sebelah timur laut. Perintah kepada Winters adalah untuk memperhatikan dan melumpuhkan pasukan meriam itu.

Winters bekerja dengan naluri dan langsung bertindak. Pada pukul 08.30 pagi itu, ia mengumpulkan 13 orang anak buahnya dari Kompi E dan beberapa orang dari kompi lainnya. Ia memerintahkan mereka untuk menjatuhkan semua peralatan yang mereka bawa selain senjata, amunisi, dan granat. Ia menjelaskan bahwa serangan ke lokasi meriam-meriam itu merupakan serangan frontal yang cepat dengan didukung tembakan senapan mesin sebagai perlindungan. Setelah sampai di lokasi meriam, Winters menempatkan senapan mesinnya (dilakukan oleh Prajurit John Plesha dan Prajurit Walter Hendrix) menghadap ke satu meriam, dan senapan mesinnya yang kedua (Prajurit Cleveland Petty dan Prajurit Joe Liebgott) menghadap ke meriam lainnya. Lalu di sepanjang pagar tanaman yang mengarah ke sasaran itu, Winters dengan perintah tiarap menyuruh untuk melakukan tembakan.

Winters kemudian memerintahkan Letnan Compton untuk membawa Sersan Guarnere dan Sersan Malarkey untuk melakukan manuver flank, pindah ke kiri, merangkak dengan diam-diam melalui lapangan terbuka, mendekat sedekat mungkin dengan lokasi meriam pertama, lalu melemparkan granat ke dalam parit pasukan meriam pertama tersebut. Winters mengirim Sersan Lipton dan Sersan Ranney untuk keluar di sepanjang pagar tanaman itu, di sepanjang sekumpulan pohon kayu, dengan perintah menembaki sisi-sisi posisi pasukan Jerman. Winters sendiri memimpin terobosan langsung di depan di sepanjang pagar tanaman bersama dengannya Prajurit Gerald Loraine, Prajurit Popeye Wynn dan Kopral Joe Toye.


Gambar 7. Carwood Lipton
Ketika Pasukan Jerman sedang mendapat tembakan dari senapan mesin di sebelah kiri mereka, dari Lipton dan Ranney di sebelah belakang mereka, dan dari kelompok Winters di depan mereka, pasukan Jerman itu tidak menyadari pergerakan kelompok Letnan Compton yang melakukan manuver flank pada posisi mereka. Sesampainya di posisi pasukan Jerman, Compton memerintahkan Sersan Guarnere dan Sersan Malarkey untuk menyerang pasukan itu dengan granat. Compton kemudian meloncat melalui pagar. Tindakannya tersebut menimbulkan efek kejut bagi pasukan Jerman,  ia lalu menembak dan membunuh pasukan meriam pertama. Pada saat itu, Winters memerintahkan kelompok penyerangnya untuk mengikuti dia menuju lokasi Compton yang sudah berada di dalam parit, di lokasi meriam pertama. Setelah kelompok Winters sampai disana, mereka mulai menembakan senapan, melemparkan granat terhadap tentara Jerman yang melarikan diri.

Prajurit Popeye Wynn terkena tembakan di bokongnya lalu jatuh ke dalam parit, sambil berteriak berulang kali "Maaf Letnan, saya membuang waktu, saya membuang waktu, saya menyesal" (Popeye Wynn kemudian dievakuasi kembali ke Inggris, pulih dari lukanya dan kembali bergabung dengan Kompi E sesaat sebelum Operasi Market Garden). Sebuah granat melayang ke dalam parit sehingga setiap orang bergerak menukik ke tanah. "Joe, awas!" Winters memanggil Joe Toye. Granat itu mendarat di antara kedua belah kakinya ketika ia berbaring dengan wajah ke bawah. Granat itu meledak dan untungnya Toye tidak terluka. Granat itu hanya mengenai batang senapannya.

Telah berlalu lima belas atau dua puluh detik, semenjak Winters memimpin serangan itu. Kompi E menguasai meriamnya yang pertama. Winters kemudian merangkak ke depan di dalam parit itu, dan sampai ke sebuah parit lain yang berhubungan dengan paritnya. Ia melihat ke bawah dan terdapat dua tentara Jerman sedang menegakkan senapan mesin, siap untuk menembak. Winters menembak kedua tentara tersebut. Winters lalu mememerintahkan Toye dan Compton untuk menembak ke arah meriam kedua. Ia mengirim tiga tentara untuk mengawasi meriam pertama yang telah dikuasai, dan tiga tentara lagi untuk mengawasi front tersebut.  Pada saat ini Sersan Lipton dan Sersan Ranney berebut keluar dari pohonnya dan mencari jalan kepada Winters. Sersan Mayor Andrew Hill, dari kesatuan markas besar Resimen, tiba-tiba datang di belakang Lipton dan bertanya, "di mana markas besar Resimen?", "di belakang sana" kata Lipton, sambil menunjuk ke arah belakang. Hill mengangkat kepalanya untuk melihat. Sebuah peluru mengenai keningnya dan keluar dari belakang telinganya, sehingga ia langsung tewas (Andrew Hill datang ke lokasi pertempuran tersebut ketika sedang mencari markas besar Resimen Parasut Infanteri 506).

Setelah itu, semua gerakan hanya terbatas dalam sistem parit itu saja dan dengan membungkuk-bungkuk, karena tembakan senapan mesin pasukan Jerman berlangsung secara terus-menerus, melintang di atas puncak parit. Winters yang berada pada lokasi meriam pertama ingin melumpuhkannya namun tanpa alat peledak. Lipton tiba, dan mengatakan bahwa ia mempunyai satu di dalam kantong makannya namun berada di tempat bermulanya serangan. Winters menyuruhnya pergi mengambilnya. Saatnya untuk menguasai meriam kedua, pikir Winters dalam hati. Ia meninggalkan tiga orang di belakang untuk memegang meriam pertama, kemudian memimpin lima orang lain untuk menyerbu melalui parit, sambil melemparkan granat ke depan mereka. Mereka melewati dua tentara yang berada di senapan mesin itu yang telah terluka oleh Winters dan menawan mereka. Pasukan meriam Jerman kedua mundur, Kompi E merebutnya hanya dengan seorang korban. Dengan dikuasainya meriam kedua itu, dan karena telah mulai kehabisan amunisi, maka Winters memberitahukan kepada kedua senapan mesin yang berada dibelakangnya untuk maju ke depan.

Prajurit John D. Hall dari Kompi A menyertai kelompok itu. Winters memerintahkan untuk menyerang meriam ketiga. Hall yang memimpin di depan, dan ia terbunuh, namun meriam ketiga dapat dikuasai. Dengan sebelas orang, kini ia menguasai tiga buah meriam 105 mm. Di tempat meriam kedua, Winters menemukan sebuah tas dengan dokumen dan peta yang memperlihatkan posisi semua meriam itu, serta posisi senapan mesin di seluruh Semenanjung Contentin. Ia mengirim peta dan dokumen itu ke Batalion, bersama-sama dengan para tawanan, serta meminta lebih banyak amunisi dan bantuan tenaga, karena mereka telah tersebar di daerah yang terlalu luasnya sehingga posisi mereka tidak aman. Dengan menggunakan granat, ia mulai menghancurkan radio komunikasi, telepon, dan pengukur jarak yang dimiliki pasukan meriam itu.

Bantuan tiba, yaitu Kapten Hester dengan membawa tiga batang TNT dan beberapa granat pembakar yang mengeluarkan fosfor. Winters menggunakan TNT itu untuk menghancurkan meriam-meriam yang telah direbutnya, di ikuti dengan sebuah granat Jerman. Kombinasi ini meledakkan laras meriam itu sehingga menjadi seperti pisang yang setengah terkupas. Sersan Lipton merasa kecewa ketika ia kembali dengan alat peledaknya karena mengetahui bahwa alat itu tidak diperlukan lagi. Bantuan selanjutnya tiba, lima orang yang dipimpin Letnan Ronald Speirs dari Kompi D. Letnan Speirs memimpin serangan terhadap meriam terakhir, yang berhasil diambil dan dikuasainya, dengan kehilangan dua tentara terbunuh.

Winters lalu memerintahkan untuk mundur, karena kompi itu mendapat tembakan gencar dari senapan mesin berat dari pagar-pagar di dekat Brecourt Manor, dan dengan hancurnya meriam-meriam itu, tidak ada gunanya lagi mempertahankan posisi tersebut. Pasukan senapan mesin Winters pertama kali bergerak mundur, diiringi oleh pasukan senapan. Winters adalah orang terakhir yang mundur. Saat itu hari pukul 11:30. Jadi telah tiga jam berlalu semenjak Winters menerima perintah untuk melumpuhkan meriam-meriam tersebut.

Sebanyak 12 tentara (kemudian diperkuat oleh Letnan Speirs dan lain-lain), Kompi E telah dapat menghancurkan sepasukan meriam Jerman yang diarahkan ke Pantai Utah. Pentingnya apa yang dilakukan Kompi E tidak dapat dinilai secara pasti, namun sudah pasti ia telah menyelamatkan banyak jiwa, serta kemungkinan memudahkan pasukan-pasukan invasi Sekutu yang mendarat di Pantai Utah dapat masuk ke pedalaman dari pantai itu. Namun terlalu dibesar-besarkan jika dikatakan Kompi E telah menjadi keberhasilan serangan di pantai itu.

Korban yang dialami Winters adalah empat tentara tewas, dan dua tentara terluka. Ia dan pasukannya telah membunuh lima belas tentara Jerman, dan melukai lebih banyak lagi, serta menawan dua belas tentara, pendek kata, mereka telah mengikis habis sebuah peleton elite pasukan terjun payung Jerman yang berjumlah sekitar lima puluh orang yang sedang mempertahankan meriam-meriam itu, serta mencerai-beraikan pasukan meriam itu. Dalam sebuah analisis pada tahun 1985, Sersan Lipton mengatakan, "Serangan itu merupakan sebuah contoh unik dari sebuah pasukan penyerang yang kecil jumlahnya namun dipimpin dengan baik, sehingga mengalahkan dan menghancurkan sebuah pasukan pertahanan yang jumlahnya lebih besar dalam posisi yang telah dipersiapkan. Semangat tinggi dari Kompi E, kecepatan dan keberanian menyerang secara frontal, dan menembak posisi musuh dari berbagai arah yang berbeda-beda, itulah yang menjadikan jatuhnya moral Angkatan Darat Jerman itu serta meyakinkan mereka bahwa mereka sedang diserang oleh sebuah pasukan yang jauh lebih besar". 

Gambar 8. Kompi E (Easy)
Setelah aksi yang dilakukan Kompi E beserta bantuan dari pasukan lain pada pagi hari tanggal 6 Juni 1944 itu, 14 orang yang terlibat dalam aksi tersebut diberikan medali oleh Angkatan Bersenjata Amerika Serikat.

Medali Distinguished Service Cross :
- Letnan Satu (nantinya menjadi Mayor) Richard Winters

Medali Silver Star :
- Letnan Dua (nantinya menjadi Letnan Satu) Lynn "Buck" Compton
- Sersan William "Wild Bill" Guarnere
- Prajurit Gerald Lorraine

Medali Bronze Star :
- Sersan (nantinya menjadi Letnan Dua) Carwood Lipton
- Prajurit (nantinya menjadi Sersan) Robert "Popeye" Wynn
- Prajurit Cleveland Petty
- Prajurit (nantinya menjadi Sersan) Walter Hendrix
- Prajurit (nantinya menjadi Sersan) Donald Malarkey
- Prajurit Joseph Liebgott
- Prajurit John Plesha
- Kopral (nantinya menjadi Sersan) Joe Toye

Medali Purple Heart :
- Robert "Popeye" Wynn
- Prajurit John D. Hall
- Sersan Mayor Andrew Hill

Aksi Kompi E ini juga bisa anda saksikan di mini seri Band of Brothers Episode 2 : "Day of Days"

Referensi Bacaan :
- Ambrose, Stephen. E. 2007. Band of Brothers, Kompi E, Resimen 506, Lintas Udara 101 Dari Pantai Normandia Sampai Sarang Elang Hitler. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta (hal. 91-99)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kurita Si Gurita, Pemimpin Pendaratan Jepang di Daratan Indonesia

Penyerangan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawai pada 7 Desember 1941 oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang membawa Amerika Serikat masuk ke dalam Perang Dunia ke-2. Pada serangan udara yang mengejutkan tersebut tercatat 21 kapal AL Amerika Serikat rusak atau tenggelam. Diantaranya 8 kapal tempur ( battleship ) dengan 4 diantaranya tenggelam. Selain itu 3 kapal penjelajah ( cruiser ), 4 kapal perusak ( destroyer ), dan 6 kapal pendukung militer lainnya rusak atau tenggelam. Tiga hari kemudian, kembali terjadi serangan udara oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang terhadap Kapal Tempur ( battleship ) milik Inggris " Prince of Wales " dan Kapal Penjelajah Tempur ( battlecruiser ) " Repulse " yang tengah berlayar dari pelabuhan Singapura menuju pantai Malaya Timur dan Utara (saat ini Malaysia). Serangkaian serangan udara yang dilakukan oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang ini memiliki tujuan agar Jepang leluasa dalam melakukan ekspansi teritorial

Tiga Pemersatu Jepang, Tiga Pribadi yang Berbeda

Nobunaga Oda (1534-1582) -  Daimyo (tuan tanah yang memiliki banyak pengikut) yang mempunyai tekad untuk mempersatukan Jepang sehingga tercipta kedamaian di seluruh wilayah Jepang. Saat masa itu, Jepang memiliki banyak sekali Daimyo yang tersebar di seluruh provinsi dengan mengontrol wilayahnya masing-masing, dan tidak jarang antar Daimyo melakukan perebutan wilayah dengan berperang. Nobunaga berasal dari provinsi kecil bernama Owari. Walaupun berasal dari wilayah yang kecil, ia memiliki keberanian dan kepintaran untuk memenangi banyak pertempuran. Nobunaga melakukan seppuku (ritual bunuh diri samurai Jepang dengan cara merobek perut dan mengeluarkan usus) setelah dikhianati oleh pengikutnya yaitu Akechi Mitsuhide dan gagal mempersatukan Jepang. Gambar 1. Nobunaga Oda Potrait by Giovani Nicolao Toyotomi Hideyoshi (1536-1598) - Penerus Nobunaga Oda setelah kematian Nobunaga, orang pertama yang mewujudkan persatuan di seluruh wilayah Jepang. Sebelumnya ia adalah seorang p